Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tips Meningkatkan Produksi ASI



Tips Meningkatkan Produksi ASI- Semua perjuangan pasti ada hikmah dan lika-likunya. Cerita mengenai perjuangan saya dalam mengusahakan ASI untuk anak saya bisa di baca disini [ASI Ekslusif Itu Harus Kita Perjuangkan].


Masih dalam rangka memperingati  
Pekan ASI Dunia (1-7 Agustus), Saya akan membagikan tips untuk memperlancar produksi ASI dari pengalaman saya dalam memperjuangkan ASI untuk anak saya yang pertama.
S
alah satu hikmah dari ujian yang Allah SWT hadirkan tentang ASI ini, menjadikan saya dan suami banyak belajar mengenai ASI dan cara meningkatkan produksinya. Mulai belajar dari kearifan lokal (secara tradisional), mencari sumber referensi yang benar, mendatangi ahli (klinik laktasi), sharing dengan teman, kerabat, orang tua, dll

Dari pembelajaran yang telah dilakukan dan pengalaman saya selama ini, ada beberapa tips untuk meningkatkan produksi ASI yang  recomended yang bisa dilakukan oleh para bunda sekalian:

1.    Melakukan Perawatan Payudara
Perawatan payudara sangat penting dilakukan untuk mempersiapkan produksi ASI pasca melahirkan nanti. Jangan pernah menyepelekan hal ini, seperti saya yang berfikir “ah, secara alamiah nanti juga keluar sendiri pas anaknya lahir”, nyatanya ndak selancar yang saya bayangkan.  Walau ada juga yang mungkin tanpa melalui perawatan, lancar-lancar saja ASInya, tapi kenyataannya setiap ibu memiliki kondisi yang berbeda, apa salahnya kita mempersiapkannya sejak awal.

Perawatan payudara dilakukan saat mandi dipagi hari dan disore hari menggunakan minyak kelapa murni (VCO). Caranya taruh minyak kelapa murni dalam wadah, kemudian rendam wadah tersebut dalam wadah yang lebih besar yang berisi air hangat. Hal ini bertujuan supaya minyak kelapa menjadi hangat ruam-ruam kuku. Setelah itu, pijatlah payudara menggunakkan minyak kelapa yang hangat tersebut dari bagian luar ke bagian dalam, kemudian dari dalam ke bagian luar payudara selama beberapa kali. Setelah selesai memijat, bersihkan puting dengan minyak kelapa murni tadi menggunakkan lap/ kapas/ tisu sembari menarik-narik puting keluar supaya kelak puting tidak masuk kedalam. Setelah payudara yang satu selesai, berpindahlah ke payudara yang lain. Setelah semua proses selesai dilakukan, air hangat yang digunakkan untuk merendam minyak kelapa murni tadi, dialirkan pada kedua payudara. Perawatan payudara ini bisa dimulai sejak usia kehamilan ditrimester pertama.

2.    Edukasi ASI kepada Keluarga
Edukasi mengenai ASI sangat penting dilakukan kepada keluarga jauh-jauh hari sebelum bunda melahirkan. Hal ini penting, terutama bagi bunda yang merencanakan melahirkan di kampung halaman, karena lingkungan keluarga yang mendukung untuk ASI akan memudahkan kita menyusui nantinya. Banyak ibu yang akhirnya menyerah untuk tidak memberikan ASI Ekslusif disebabkan keluarga yang kurang Pro ASI. Edukasi yang dilakukan bisa berupa memahamkan bagaimana ketika awal-awal bayi baru lahir, ASI masih sedikit, tapi kita tidak perlu memberikan Sufor karena selama 3 hari pasca kelahiran, bayi masih bisa bertahan dengan menggunakan cadangan makanan yang dibawa dari rahim. Memahamkan keluarga supaya senantiasa menjaga suasana hati ibu senang dan nyaman pasca melahirkan, menjamin si ibu cukup istirahat dan tidak terporsir bekerja. Hal ini penting supaya produksi ASI optimal, karena ASI akan diproduksi optimal saat si ibu berada dalam kondisi yang nyaman dan bahagia. Memahamkan keluarga akan bahaya susu formula, bagi yang tidak cocok dapat menyebabkan diare bagi bayi. Memahamkan keluarga bahwa nutrisi terbaik buat bayi adalah ASI, dll.

3.    Ayah ASI
Apa itu Ayah ASI ? Ayah ASI bukanlah ayah yang memberi Air Susu yaa :p Tapi ayah yang pro ASI untuk anaknya. Tak jarang bukan, ada istri yang gagal memberi ASI ekslusif karena suami yang tidak mensuport penuh untuk ASI. Misal ni, baru diuji awal-awal ASI belum keluar atau sudah keluar tapi masih sedikit, si suami langsung menyuruh untuk memberi Sufor. Nah, pengetahuan tentang ASI tidak hanya penting bagi si ibu tapi juga penting untuk si ayah, jadi mesti belajar bareng-bareng ya biar tidak ada perdebatan kelak..he.
Sumber: health.detik.com
 
4.    Memilih Tempat Bersalin yang Pro IMD dan ASI
Tidak semua tenaga kesehatan itu Pro IMD dan ASI. Untuk itu memilih tempat bersalin sangat penting dilakukan. Banyak lho, bayi yang baru lahir karena ASI ibunya masih sedikit/ belum keluar, terus dikasih susu formula padahal yo sakjane (sebenernya) selama 3 hari bayi masih bisa bertahan tanpa perlu dikasih Sufor dan lambung bayi masih kecil jadi belum perlu susu banyak juga. Percaya deh, Allah itu sudah mengatur semuanya secara seimbang. Coba bayangin dah kalau sejak awal lahir, ASI nya sudah turah-turah (banyak)? Bunda bakalan bingung juga kan..Ada temen yang cerita 2 minggu pasca lahiran, ASInya keluar banyak bingit, sampe bayinya kewalahan pas mimi. Akhirnya temen saya mompa dulu setiap kali mau mimi-in bayinya, biar ndak banjir. Jadi memang semua butuh perjuangan. Ada juga tenaga kesehatan yang jualan susu formula, ini mesti hati-hati. Jadi baiknya bunda observasi dulu dah, sebelum bunda memutuskan untuk memilih tempat bersalin.

5.    Manajemen Stress yang baik
Kondisi ibu yang masih lelah dan penat pasca lahiran bisa menghambat produksi ASI. Seperti yang saya alami: saat pra lahiran pembukaan ndak nambah-nambah selama hampir dua hari, melalui proses induksi yang cukup berat, pasca lahiran mesti diobras, luka jahitan yang masih terasa sakit sampai hampir dua bulan. Selain itu, hampir tiap malam mesti bergadang, bayi rewel karena sakit, dll. Kondisi seperti ini kalau tidak dimanage dengan baik akan menjadi boomerang bagi kita yaitu menghambat keluarnya ASI. Selalu bersyukur akan anugrah anak, membaca kisah motivasi orang lain saat melalui fase ini, suport suami dan keluarga, dzikir harian, tilawah serta masukan-masukan positif lainnya dapat membantu kita untuk memanage diri kita supaya terhindar dari stress yang tinggi.

6.    Makan dengan gizi seimbang
Penting juga bagi ibu menyusui memperhatikan asupan gizi yang masuk ke perut. Walau sebenernya ASI itu diambil dari nutrisi terbaik dari  dalam tubuh ibu. Tapi kalau lama-lama si ibu makannya seadanya, lama-lama yang rugi adalah tubuh siibu yang menyusui tersebut lho. Makanan dengan gizi seimbang itu adalah makanan yang mengandung karbohidrat protein dan vitamin serta mineral. Nah mitos yang berkembang seperti di kampung saya, biasanya ibu menyusui dilarang makan makanan yang amis yang mengandung protein hewani serta hanya dianjurkan makan sayuran-sayuran hijau seperti katuk, kelor, bayem, dll. Yaa tidak salah sih kalau sayurannya tapi selain sayuran kita juga butuh protein baik nabati atau hewani untuk membantu memulihkan kondisi tubuh pasca melahirkan dan nutrisi untuk menyusui.
Sumber: carabaruku.com
 

7.    Pijat Oksitoksin
Pijat oksitosin merupakan tindakan melakukan pijatan di daerah punggung di area tulang belakang menggunakan kedua ibu jari dengan gerakan melingkar (gerakan love). Pijatan ini bisa dilakukan dua kali dalam sehari. Gerakan ini cukup mudah dilakukan oleh suami atau keluarga lain. Pijatan ini akan membantu mengatasi masalah pada saat menyusui yaitu ASI yang tidak keluar sehingga dapat menyebabkan tertundanya pemberian ASI pada bayi.


Saya pribadi pun sudah merasakan manfaat dari pijat oksitoksin ini. Setiap pagi hari selama seminggu pasca melahirkan, saya pijat oksitoksin dan alhamdulillah setelah itu ASI keluar banyak.

8.    Memompa ASI
Memompa ASI bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi ASI bunda. Walau cara kerja pompa ASI berbeda dengan cara kerja lidah bayi yang menghisap puting ibu. Saya juga pernah melakukan teknik ini dan alhamdulillah cukup bisa meningkatkan produksi ASI. Baiknya memompa ini dilakukan secara teratur tiap waktu tertentu minimal tiga jam sekali supaya produksinya terus meningkat. Memompa ASI lebih baik dilakukan pada awal-awal kelahiran bayi dimana produksinya masih sedikit pada masa ini. Memompa ASI ini juga bermanfaat terutama bagi working mom’s, sebagai cadangan ASI saat nanti waktu cuti telah usai/ setelah kembali bekerja. Jadi upayakan memopa ASI jauh-jauh hari sebelum waktu cuti berahir. Memompa ASI bisa menggunakkan alat atau pun secara manual dengan menggunakkan tangan.
 
ASI Perah (Sumber: segiempat.com)

9.    Sering disusukan (Supply by Demand) dan hindari penggunaan dot
Sekresi ASI dipengaruhi dan dikendalikan oleh neuroendokrin, rangsangan dan sentuhan pada payudara ketika bayi mengisap  puting susu. Isapan ini menyebabkan timbulnya rangsangan yang menyebabkan terjadinya produksi oksitosin. Oksitosin ini akan merangsang terjadinya kontraksi sel-sel mioepitel. Hormon oksitosin merupakan hormon yang akan mempengaruhi dan memacu otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi sehingga akan memeras air susu dari alveoli, duktus, dan sinus menuju puting susu.

Jadi semakin sering bayi menghisap payudara kita, semakin banyak ASI yang disekresikan/ dikeluarkan dari payudara kita. Dan yang tidak kalah penting, pergilirkan payudara kiri dan kanan kita untuk dihisap bayi secara seimbang. Hindari juga penggunaan DOT ya bunda, karena ketika bayi sudah mengenal DOT, ditakutkan bayi akan bingung puting. Apalagi kalau ASI nya belum lancar/ keluarnya tersendat-sendat, bayi akan lebih suka menghisap puting karena lebih mudah keluar dan lancar. Nah, kalau bayi udah ketergantungan sama DOT, kan puting bunda jarang dihisap dan akhirnya akan mengurangi produksi ASI. Coba gunakan media lain untuk memberikan ASI perah seperti cup feeder, sendok, gelas, dll. Apakah bayi bisa? InsyaAllah bisa bunda kalau dibiasakan..selamat mencoba :)
 

10.    Pastikan Posisi dan Perlekatan Menyusui Sudah Tepat.
Menurut Paraji (orang yang membantu memandikkan bayi saya H+7 pasca lahiran dan memijit saya) : air susu saya itu banyak, sama seperti yang dikatakan konselor ASI  di RS. Elisabeth. Nah karena posisi menyusui dan perlekatan yang kurang tepat, maka bisa menyebabkan ASI yang keluar kurang lancar.


Posisi Menyusui untuk Bayi Tungggal
Pelekatan Mulut Bayi Saat Menyusui

Posisi Menyusui untuk Bayi Kembar
Cara menyusui yang benar yaitu dengan menempatkan perlekatan mulut diaerola, bukan diputing, perut bayi ketemu perut ibu, sehingga posisi ibu dan bayi saat menyusui harus dalam posisi miring bukan terlentang.

11.   Konsumsi Suplemen (Makanan) Pelancar ASI
Sekarang sudah banyak jenis makanan yang dipercaya dapat memperlancar dan memperbanyak produksi ASI yang diekstrak dan dikemas dalam bentuk kaplet. Bahkan dalam 1 kaplet tersebut bukan hanya satu jenis ekstrak saja, melainkan perpaduan (campuran) dengan ekstrak atau bahan lainnya yang dipercaya mempunyai khasiat yang sama atau hampir sama. 

Nah.., Bunda-bunda tak ada salahnya untuk mengkonsumsi suplemen ASI tersebut asalkan bahan-bahan yang dipakai adalah bahan yang halal. Dipasaran ada juga suplemen yang dibuat dari ekstrak plasenta yang masih diragukan atau masih menjadi kontroversi kehalalannya. Hasil diskusi dengan beberapa orang, Jika si A cocok dengan suplemen X, ternyata suplemen X tersebut belum tentu cocok dikonsumsi oleh si Y dan si Z. Jadi, selama kita masih belum menemukan suplemen yang cocok, bisa mencoba suplemen lainnya sampai ketemu suplemen yang cocok menurut kita. Cocok disini adalah mempunyai efek yang diyakini memberikan perubahan, dimana suplemen tersebut dapat memperlancar atau memperbanyak produksi ASI.

Jika ikhtiar di poin 6 (
Makan dengan gizi seimbang) sudah terpenuhi dan sudah memberikan hasil yang baik, konsumsi suplemen sudah tidak diperlukan. Tapi jika kasusnya seperti saya yang  saat masih dirumah Ibu bisa dibilang sudah rutin difasilitasi untuk mengkonsumsi sayur bening seperti sayur daun katuk, daun kelor, bayam, sop-sopan, jagung serut,marning, kacang hijau, pepaya dan lainnya tapi ASI saya masih mecet. Sehingga saya dan suami pun  memutuskan untuk ikhtiar cara lain dengan menggunakan Suplemen pelancar ASI. Ditambah lagi setelah pulang di rumah sendiri makin tidak konsisten untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang yang dapat memperlancar ASI. Meskipun bisa jadi macetnya ASI ini masih disebabkan karena ikhtiar point 5 (menajemen stress yang baik) belum dituntaskan. Sehingga meskipun sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang jika masih belum bisa mengatur stress dengan baik, akan menjadikan ikhtiar dan hasilnya kurang maksimal.

Terkait suplemen, a
da juga orang yang bilang bahwa itu hanya sugesti seseorang terhadap suplemen tertentu. Kalau kita sudah berfikiran diawal  suplemen itu tidak berefek, maka bisa jadi kita tidak akan merasakan manfaat dari penggunaan suplemen tersebut. Meskipun menurut Prof. Hiromi Shinya dalam bukunya The Miracle Of Enzim mengatakan "Orang yang mengkonsumsi suplemen adalah orang yang tidak sungguh-sungguh mengerti apa yang benar dan baik bagi tubuhnya. Ia hanya  termakan iklan yang dimanipulasi oleh media." 

12.    Konsultasi Pada Ahlinya dan Sharing dengan orang yang Pro ASI
Bunda-bunda kalau kita merasa galau dengan kondisi ASI kita, kita bisa juga mendatangi ahlinya. Bunda bisa datang ke klinik laktasi, konselor laktasi, AIMI, dll. Bisa juga curhat dengan teman, kerabat yang sudah berpengalaman tapi dengan catatan mereka pro ASI yaa bukan malah pro Sufor..he..

Ok bunda, itulah beberapa Tips Meningkatkan Produksi ASI ala saya :) Semoga bermanfaat buat bunda semuanya yaa..

Give Away #ASIDanSegalaCeritaTentangnya
#PekanASIDunia

Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/06/18/264792/Terapi-Pijat-Oksitosin-untuk-Perlancar-ASI

3 comments for "Tips Meningkatkan Produksi ASI"

  1. awalnya saya ngeh nya, ko ASI saya mengalir deras pasca di pijat punggung sama paraji pasca lahiran mba. setelah search, ternyata bahasa ilmiah nya pijat oksitoksin.

    Kalau suplemen selagi bisa jaga pola makan seimbang, mungkin ndak diperlukan yaa mba. Tapi bagi saya pribad,i yang kadang ndak selalu bisa konsisten tiap hari menjaga asupan gizi seimbang, suplemen ini cukup membuat saya merasa tenang mba :)

    ReplyDelete
  2. Tipsnya menarik. ketenangan (Manajemen stress) memang point penting dalam kesuksesan menyusui

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih mas... Kalau ndak ada dukungan penuh pasti bakal lebih susah melewati ujian ini.

      Delete