Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Belajar Parenting dari Film Wonderful Life: Kisah Keluarga Dengan Anak Disleksia


Memiliki anak yang pintar, berprestasi dan juara dalam bidang akademik, tentu menjadi harapan dan cita-cita bagi semua orang tua. Anak-anak seperti ini memang akan menjadi kebanggaan bagi orang tuanya masing-masing. Saya pun pernah merasakan berada diposisi ini. Kedua orang tua saya adalah guru. Mereka terbiasa hidup disiplin, detail dan sesuai target. Saya pun memang dididik untuk hidup teratur, belajar dan mengerjakan PR, datang ke sekolah in time dan berusaha untuk meraih prestasi terbaik di Sekolah. Sejak Sekolah Dasar (SD) - SMP kelas satu, alhamdulillah saya selalu masuk nominasi ranking 1- 4 dikelas. Namun kondisi berbalik saat saya naik kelas dua, saat itu saya masuk kelas unggulan. Anak-anak yang masuk kelas ini, merupakan anak-anak berprestasi dari masing-masing kelas.

Tentu diawal-awal saya merasa kurang pede mengikuti iklim persaingan yang ada. Dan benar adanya, saat pembagian raport semester 1, saya terkaget-kaget melihat ranking saya terjun bebas diposisi sembilan, itupun ada beberapa orang yang menempati ranking tersebut :(. Kulihat nilai diraport sungguh menyedihkan, ada beberapa nilai standar yang tertulis disana. Seketika saya bingung "aduh, gimana yaa bilang ke orang tua, nanti kalau marah gimana, nanti kalau kecewa gimana?". Akhirnya untuk menghilangkan jejak, tu raport saya sembunyikan dibawah kasur di rumah nenek. Saya ndak berani menunjukkannya kepada orang tua. Tapi nasib saya malang saat itu, akhirnya raport yang saya sembunyikan ditemukan paman :(. Akhirnya paman cerita ke ortu dan saya kena nasehat panjang :) *fiuuh lelah juga kucing-kucingan. Tetapi bijaknya, orang tua saya, bersikap saklek seperti ini hanya kepada saya, sedang ke adek dan kaka biasa saja kalau prestasi nya apa adanya. Dalam artian, bapa ibu juga melihat kemampuan anak-anaknya juga. Dan saya menikmati semua ini :)

Namun terkadang, tidak semua anak itu bisa dipaksakan untuk berprestasi dalam bidang akademik lho, seperti Aqil dalam Film Wonderful Life yang baru saja saya tonton (13/10) kemarin. Dikisahkan Aqil adalah seorang anak disleksia. Aqil sangat kesulitan dalam hal menulis, membaca dan berhitung, disaat anak-anak seusianya sudah mahir dalam bidang ini. Bullying tak hanya datang dari teman-temannya di sekolah, namun juga dari keluarganya dalam bentuk yang berbeda. Kakek nya bahkan menyebut Aqil sakit dan harus segera diobati. Kakek Aqil sendiri adalah seorang yang perfeksionis, detail dan saklek. Sampai-sampai kakak nya Amalia (ummi/ibu nya Aqil), tidak berani pulang ke rumah karena IPK nya dibawah 3, dan akhirnya meninggal. Kejadian ini benar-benar memukul keluarga besarnya, khususnya ibunya Amalia, yang pada kesempatan ini diperankan oleh Lydia Kandou. Namun kejadian ini ternyata belum mampu mengubah karakter Ayahnya Amalia. Dan karakter ini pun secara tidak sadar, menurun kepada Ummi nya Aqil. Umminya Aqil (Amalia) juga seorang yang detail, perfeksionis, pintar nan berprestasi. Beliau adalah seorang wanita karir yang sukses, CEO sebuah perusahaan advertising multinasional. Amalia menginginkan Aqil pun, anak semata wayangnya, seperti dirinya dalam hidup. Amalia sendiri adalah seorang single parent.

Tekanan dari Kakek Aqil dan keyakinan Amalia untuk bisa menyembuhkan Aqil, mengantarkan Amalia dan Aqil pada sebuah petualangan yang Precious Moment. Petualangan dari satu daerah ke daerah lain, mulai dari psikoterapis sampai dukun, semuanya dilakukan Amalia untuk menyembuhkan Aqil.

Aqil tampak asyik menggambar, saat ummi nya (Amalia) sibuk berkonsultasi dengan psikoterapis. "Anak ibu menyandang disleksia, ia hanya perlu diajak bermain bersama layaknya sahabat", ungkap psikoterapis. "Bu, saya ingin anak saya berprestasi, bisa melakukan banyak hal", kata Amalia. "Maaf bu kalau itu keinginan ibu, saya tidak bisa bantu dan menurut saya, ibu mau pergi ke berbagai psikoterapis yang lain pun jawabannya akan sama", jelas psikoterapis lagi. "Ok, ayo aqil kita pergi", kata Amalia sambil menggeret Aqil yang sedang asyik gambar.
Gambar, Hasil Karya Aqil
Amalia tidak putus asa, beliau mengajak Aqil berobat ke pengobatan alternatif, kali ini tempat yang dituju Padepokan Pencak Silat. Dalam perjalanan menuju sana, Amalia ditelpon berkali-kali oleh rekan kerjanya yaitu Aga. Memang sebelum Amalia cuti kantor beberapa pekan, ia berpesan kepada rekan kerjanya, jika ada kerjaan yang berkaitan dengannya, mereka diminta contact by phone atau lewat email. Dikisahkan, Amalia meninggalkan proyek besar yang sangat berpengaruh bagi perusahaannya. Sedangkan Aga tidak bisa mengambil keputusannya sendiri, karena Amalia merupakan salah satu strategic planner dan pengambil kebijakan di perusahaan tersebut . Setelah berobat Ke Padepokan tak memberikan hasil yang jelas, Amalia memutuskan mencari pengobatan alternatif lainnya.

Disela-sela waktu mencari pengobatan alternatif, Amalia menyempatkan diri ke warnet untuk mengecek email dan mengerjakan pekerjaannya. Sewaktu ia sibuk mengetik draft pekerjaanya, tetiba listrik mati. Sontak Amalia kesal, lalu menyalakan cahaya dari hpnya sembari mengirim pesan kepada rekan kerjanya. Dan apa yang dilakukan Aqil saat listrik mati? Berbekal pancaran cahaya dari Hp umminya, Aqil menggambar banyak hal di tembok. Amalia kaget bukan main, melihat coretan-coretan gambar di tembok, dan spontan ia memarahi Aqil. Sang penjaga warnet pun menghampiri, Amalia meminta maaf namun tak disangka komentar penjaga warnet malah sebaliknya "Wah ini yang gambar adek? bagus banget! semua tembok digambari juga boleh, ayo digambari lagi!?, kata sang penjaga dengan logat lucunya.

Keesokan harinya Aqil diajak ummi nya ke tabib. Setelah diperiksa, sang tabib berkata "Anak ibu tidak apa-apa, hanya perlu makan yang teratur". Amalia terheran-heran mendengar jawaban sang tabib. "Beneran tidak apa-apa?", lanjut Amalia. "Iya bu, anak ibu tidak apa-apa.."karena setiap anak, terlahir sempurna", jawab sang tabib. Ini jawaban yang jleb bangeet bagi saya pribadi.

Ternyata perjuangan Amalia tak puas sampai disini, ia pun akhirnya mengajak Aqil pergi ke datuk. Untuk mencapai sana, mereka harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, ditambah mobil mogok, dan harus melewati danau dengan perahu. Terlihat Amalia tidak nyaman dengan kondisi ini, baju basah kena air, perahu yang kotor. Namun tidak dengan Aqil, ia tampak sangat asyik menikmati perjalanan ini..sesekali Aqil berteriak sambil berdiri, kemudian duduk sembari memainkan air di danau
 
Keceriaan Aqil Saat Naik Perahu
Namun sayang, perjuangan yang melelahkan ini tidak membuahkan hasil juga. Ritual sang datuk dalam mengobati pasien terlihat aneh, mistis dan mengerikan. Akhirnya Amalia memaksa Aqil yang sedang asyik memainkan boneka orang-orangan, kabur dari tempat itu tanpa sepengetahuan datuk. Sayangnya mereka nyampe dermaga danau malam hari, kemudian disarankan oleh pendayung untuk bermalam ditepi danau. Gaya bicara yang lucu dari dua pendayung, yang diperankan oleh Totos Rasiti dan Abdurrahman Arif, semakin menambah semarak film ini.  Tentu Amalia menolak! tapi tak ada pilihan lain , tak ada akses kendaraan untuk ke kota malam itu. Namun berbeda dengan Aqil, ia sangat menikmati..ia menjulurkan tikar/ terpal di rumput terus mengajak umminya duduk disebelahnya. Malam itu benar-benar menjadi malam yang indah bagi Aqil. Aqil bahagia, Aqil bisa melihat bintang-bintang di langit sembari bercakap-cakap dengan ummi nya "ummi ko di Jakarta tidak ada bintang?", ucap Aqil. "Di Jakarta ada bintang qil, tapi tertutup oleh polusi kendaraan", jawab ummi.

Keesokan harinya, Amalia dan Aqil kembali menempuh perjalanan, kali ini perjalanan untuk pulang. Ditengah jalan, Aqil kehausan, akhirnya Ummi Amalia menghentikan mobil untuk membeli air minum. Sebelum turun, ummi nya berpesan " Aqil jangan kemana-mana ya, ummi pergi sebentar", ucap ummi. Sembari mencari minuman, Amalia sibuk menerima telpon dari Aga namun sayang sinyal didaerah pelosok tak bersahabat. Setelah kembali ke mobil, Amalia tak menemui Aqil disana. Sontak Amalia bingung dan langsung mencari Aqil. Dengan langkah yang terseok-seok, Amalia menyusuri pasar dan menanyai semua orang yang ia temui. Betapa kagetnya Amalia, menjumpai Aqil dikerumuni banyak orang ditepi jalan. Awalnya Amalia menyangka Aqil tertabrak kendaraan, namun ternyata orang-orang mengerubungi Aqil karena mereka kagum gambar buatan Aqil.

Kejadian ini seolah menjadi titik balik buat Amalia, Amalia tersadar bahwa apa yang ia lakukan kepada Aqil adalah perbuatan yang salah. Amalia mulai berdamai dengan dirinya. "Maafkan ummi Aqil, ummi telah memaksakan semua keinginan ummi ke Aqil. mulai sekarang, Aqil boleh melakukan semua hal yang Aqil mau dan Aqil suka. Ummi bahagia jika Aqil bahagia", ucap ummi. "beneran ummi? Aqil mau gambar ummi", jawab Aqil.
Akhirnya Amalia Menyadari Kesalahannya Selama Ini, Happy Ending :)
Sesampainya di rumah, kakek Aqil kembali menanyai Amalia "Gimana cucu kesayangan saya sudah sembuh?". "Anak saya tidak sakit pa!", jawab Amalia. "Tidak sakit gimana? apakah sekarang Aqil sudah bisa dapat nilai 10, apakah ia  bisa dapat beasiswa?, kalau belum berarti kamu adalah ibu yang gagal!'', ungkap kakeknya lagi. Tak tahan menahan sakit hati dan tangis, Amalia pun pergi meninggalkan ayahnya sendiri. Disaat tertekan dan menangis, Ibunya Amalia menghampirinya, memeluknya dan menguatkan Amalia "Kita ini perempuan, makhluk yang kuat..kita mengandung, melahirkan, membesarkan anak kita. Tak ada yang gagal selagi kita menyayangi anak kita dengan tulus", ucap ibunya menguatkan,

Singkat cerita, akhirnya Amalia tidak mengirimkan Aqil ke sekolah fomal lagi dan memutuskan untuk belajar di rumah. Amalia akhirnya keluar dari rumah orang tuanya dan tinggal berdua saja dengan Aqil. Sejak saat itu, Aqil boleh menggabar sesuka hatinya, bahkan ummi nya membolehkan Aqil memilih salah satu dinding untuk digambar. Aqil pun senang, Aqil pun bahagia dengan dunia nya saat ini. 

Film bergenre keluarga ini, diangkat dari Novel Wonderful Life karya Amalia Prabowo, yang merupakan kisah nyata yang dialami penulis. Novel ini sudah terbit sejak April 2015.  Film yang disutradarai Agus Makkie ini, behasil mengedukasi sekaligus menghibur penonton dengan beberapa adegan lucu yang diperankan oleh beberapa figuran. Salah satu nya adegan lucu yaitu saat tukang warung makan mengejar-ngejar Aqil dan Ummi nya saat kabur karena tidak membayar uang makan (karena dompet hilang) dengan memakai motor butu*..hihi..jelas ndak terkejar lah yaa. Walau saya kurang sepakat dengan adegan kabur karena ndak bisa bayar makan, takutnya menjadi contoh untuk anak berbohong. Kenapa Amalia ndak jujur aja gitu yaa? hihi.. Tapi diakhir film saya cukup lega, akhirnya Amalia mengirimkan sejumlah uang kepada tukang warung tersebut, dengan nominal yang besar.
 
Novel Wonderful Life Karya Amalia Prabowo
Disleksia itu sendiri merupakan  gangguan dalam perkembangan baca tulis yang umumnya terjadi saat anak menginjak usia 7-8 tahun. Gangguan ini ditandai dengan kesulitan saat membaca dengan lancar atau kesulitan untuk mengeja kata demi kata.
Petulangan atau belajar dialam merupakan sarana belajar yang tepat bagi mereka penyandang Disleksia. Petualangan yang dilakukan Amalia dan Aqil dalam film ini berhasil membuat mereka berdua bisa memahami satu sama lain dan berahir bahagia. Film ini dimainkan oleh aktor-aktor kawakan yang ahli dibidangnya seperti Atiqa Hasiholan (Amalia), Nenek Aqil (Lydia Kandou), Kakek Aqil (Arthur Tobing), Alex Abad (Aga, rekan kerja Amalia) dan Aqil sendiri diperankan oleh Sinyo.  

Hikmah Yang Bisa Diambil
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari film ini? Tentu tidak perlu ada kejadian yang membahayakan anak kita dulu, baru kita tersadar bukan? Mari kita intropeksi diri dan berbenah, mungkinkah kita seperti tokoh Amalia dan Kakeknya dalam film ini? Apakah kita termasuk orang yang ambisius dan suka memaksakan keinginan kita untuk anak? Apakah kita termasuk orang tua yang memaksakan ego kita atas nama kepentingan anak? kalau iya..mari kita berubah! 

Ayah bunda, anak-anak kita sudah membawa fitrah bakat/minat nya masing masing sejak lahir. Kita sebagai orang tua hanya diminta membantu mereka untuk menemukan bakatnya masing-masing. Serta membantu mengembangkan bakat tersebut dalam diri anak, sehingga anak kita menjadi anak yang ahli dibidangnya. Kalau pun ada perkembangan yang menurut kita terlambat, mari menstimulasi mereka dengan sebaik mungkin, karena setiap anak mempunyai fitrah perkembangannya masing masing. Tak melulu anak yang hebat itu adalah anak yang hanya pintar dan berprestasi dibidang akademik saja. Terlalu sempit jikalau kita memiliki pola pikir seperti itu. Ilmu Allah itu luas, kita tidak hanya belajar matematika, bahasa, ipa, ips, dll

Jadi mari kita menjadi orang tua yang bijak, yang mampu mengayomi, membimbing dan mendidik anak dengan cara yang tepat. Jangan sampai prinsip dan sikap kita yang salah dalam mendidik, akan menjadi kebiasaan yang nantinya turun temurun dari satu generasi ke generasi dibawahnya. Seperti karakter Kakek nya Aqil yang menurun ke ummi nya Aqil (Amalia).

Film ini recomended untuk para orang tua atau calon orang tua yang ingin menjadi orang tua terbaik buat anak-anaknya. Hanya cukup meluangkan waktu sekitar 1,5 jam saja, Ayah Bunda bisa mengambil banyak hikmah dari tontonan berkualitas ini.

              
              

24 comments for "Belajar Parenting dari Film Wonderful Life: Kisah Keluarga Dengan Anak Disleksia"

  1. Jadi terharu baca cerita ini.. Kita sebagai orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tetapi yang terbaik bagi anak-anak adalah melakukan apa yang mereka inginkan.

    ReplyDelete
  2. Lucu haru dan banyak hikmah buat pelajaran para ortu biar anak kita bahagia ya mbak icha

    ReplyDelete
  3. Film.yg menyentuh.bgt
    Harusnya sy.ngajak sulung sy yg SD nonton.hiks

    ReplyDelete
  4. Noted mba! Tengkyu sinopsisnya,,jadi makin tertarik nntn mba,,

    ReplyDelete
  5. Ditonton berulang ulang juga spertinya ndak bosen. Bagus dan syarat hikmah

    ReplyDelete
  6. Sering kali orang tua menuntut anaknya untuk kebaikan orang tua itu sendiri, bukan untuk kebaikan anak. Sayang kemarin nggak ikut nonton :(.

    ReplyDelete
  7. Inspiring!
    Hiks. kalau aku nonton ini pasti banjir air mata.
    kisahnya seperti taare zaamen paar ya. Semoga kapan-kapan bisa nonton..

    ReplyDelete
  8. Seiap anak berbeda ya Mbak. Aku belum nonton, jadi pingin setelah baca liputannya :)

    ReplyDelete
  9. Really inspiratif movie and artikel..

    ReplyDelete
  10. Really inspiratif movie and artikel..

    ReplyDelete
  11. kalo aku suka bagian amalia yang kebingungan ditawarin nginep di hotel alam sama 2 orang lokal, eh Aqilnya malah hepi banget. Xixixixi

    ReplyDelete
  12. Terharu bacanya, jadi pengen nonton filmnya..

    ReplyDelete
  13. Pengin banget nonton ini, secara sama-sama punya anak lelaki yg masih kecil. moga kesampaian :)

    ReplyDelete
  14. Setuju dg komentar pak Martin di atas.
    Tersentil dg protes Aqil, "Apa-apa Ummi, apa-apa Ummi!" Yah, begitulah orang tua, sering tak sadar kalau sebenarnya kepentingan diri sendirilah yang kita perjuangkan.

    ReplyDelete
  15. Bagus ni mbak filmnya. Realistis ya.. Thanks, udah di sinopsis-in. Jadi bisa intip2 jalan ceritanya..

    ReplyDelete
  16. Film yang bagus dan wajib ditonton para orang tua ya, mbak Relita. Tidak selalu nilai akademik tinggi bisa menjamin kesuksesan seseorang, sudah banyak buktinya :)

    ReplyDelete
  17. Aku pernah merasakan bagaimana rasanya punya orangtua (ibu) yang ambisius. Aku saat ini berdoa semoga sifat itu nggak nurun ke aku mbak. Kasihan Kak Ghifa.

    ReplyDelete
  18. share pengalaman, ada anak disleksia yang perkembangan bagus dengan pembelajaran robotik.
    makanya ada sebuah sekolah di Surabaya tertarik untuk mengadakan pembelajarn robotik dengan bekerja sama dengan komunitas robotik.
    thank

    ReplyDelete
  19. Film ini bagus banget untuk dijadikan referensi bagi siapa saja yang blm paham apa itu disleksia, juga bagi siapa saja yg ingin 'memanusiakan' anak2nya. Anak2 bukan mesin yg bisa disetel sesuka hati, mereka juga berhak mendapatkan kesempatan untuk menjadi diri mereka sendiri :)

    ReplyDelete
  20. Aku jadi pengen baca bukunya, mba. Kalo buku biasanya lebih detil mengupas ceritanya :)

    ReplyDelete
  21. Oh ada bukunya toh. Bagus buat emak yg "cuti" nonton bioskop macam aku hehe

    ReplyDelete
  22. Di kotaku gak ada bioskop jadi belum nonton filmnya. sedih banget ya, sepertinya filmnya bagus dan komen2 yang sudah pernah menontonnya juga bilang bagus

    ReplyDelete