Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pelajaran Penting Dari Pengalaman Pertama Melahirkan

Assalamu'alaikum Sobat semua. Melahirkan anak adalah sebuah moment yang dinantikan sekaligus mendebarkan. Rasa rindu ingin bertemu dengan buah hati serta rasa harap, cemas, takut bercampur jadi satu. Itulah kira-kira yang saya rasakan saat menjelang melahirkan anak pertama.

Badan yang semakin melemah didetik-detik menjelang melahirkan ditambah pikiran yang kalut, membuat diri semakin tidak tenang dibuatnya. Mungkin juga karena terlalu banyak informasi negatif mengenai melahirkan itu sendiri memenuhi ruang otak saya. 

Yang terlintas di otak saya saat itu hanya perasaan takut kesakitan karena proses melahirkan tanpa diimbangi dengan kebahagiaan yang akan didapat dari proses melahirkan itu sendiri.

Masih teringat jum'at sore dua tahun yang lalu, tanda-tanda cinta dari sang bayi sudah mulai terasa. Keluar flek disertai rasa mules layaknya sedang menstruasi. Alhamdulillah saat itu menjelang weekend, pas suami pulang kampung. Seketika saya langsung heboh, dan mengajak suami untuk mengantar saya ke bidan terdekat.

Setiba di Rumah bidan, saya langsung mengutarakan maksud dan bu bidan pun langsung mengecek pembukaan saat itu dengan memasukkan jari ke dalam lubang lahir. Subhanallah, sakitnya lumayan juga, hiks.

"Baru bukaan satu Mbak", kata bu bidan. Silahkan pulang dulu ke rumah, nanti empat jam lagi kesini atau besok sabtu pagi saja ndak apa-apa. Malamnya saya bawa ngepel rumah, supaya memudahkan proses melahirkan. Sabtu pagi saya masih kuat jalan-jalan pagi cukup jauh saat itu, Alhamdulillah

Sabtu sebelum dzuhur saya cek pembukaan kembali ke bidan dan ternyata masih sama, pembukaan satu, hiks. Sabtu siang ibu mulai was-was, ditambah ada berita kurang enak yang didapat dari sodara. Ceritanya ada tetangganya yang pembukaannya tidak nambah-nambah dan akhirnya dirujuk ke RS besar dan bayinya minum ketuban.

"Duh pembukaan mu ko tidak nambah-nambah yaa, ibu khawatir kenapa-napa. Biasanya kan makin lama makin kuat mulesnya", kata ibu. Alhasil saya pun cemas. Sebelum tidur malam, saya sempat baca-baca artikel tips biar melahirkan lancar. Salah satu isi artikel tersebut, menganjurkan untuk stimulasi puting dengan meraba-rabanya. Tanpa pikir panjang saya pun langsung melakukan itu. Dan ternyata Sesat!!!!!

Pasca stimulasi, kontraksi saya semakin kuat, sakit setiap beberapa menit sekali sampai semaleman tidak bisa tidur. Pasca subuh saya langsung ke tempat bidan, saya kira pembukaannya sudah nambah eh ternyata masih stagnan! dan saya pun diminta pulang kembali. Di rumah hanya bisa terbaring di tempat tidur sambil mengerang kesakitan. Orang serumah jadi panik semua.

Akhirnya Ahad jam 10 pagi, kami sekeluarga memutuskan untuk ke Rumah Sakit. Nyampe sana saya di cek pembukaan kembali, sudah ada penambahan walau sedikit katanya, pembukaan dua. Tapi sakitnya udah tidak karu-karuan. Akhirnya saya cek usg ke dokter kandungan, katanya ketuban pecah. Tapi ko saya tidak merasakan ada cairan yang keluar selain flek. "Ni dokter beneran ga toh?!", saya mulai ragu, saya bergumam dalam hati.

Eh akhir-akhirnya disaranin induksi biar prosesnya cepat. Spontan saya pun ketakutan, apalagi pernah dengar ada teman yang pernah induksi dan sakitnya ampun-ampunan. Saya pun menolak dan meminta proses biasa saja. eh dokternya malah bilang, "kalau mau nunggu alami silahkan pulang dulu. Kalau mau tidak sakit yaa jangan lewat normal, silahkan pilih Sc", katanya. Beuh, ilfil saya saat itu! Orang lagi kesakitan plus was-was malah ditegesin! Hiks

Atas saran keluarga, saya pun akhirnya mengiyakan untuk diinduksi. Subhanallah, setelah beberapa menit cairan induksi disuntikan, rasanya semakin tak karuan. Tiap 2 menit kontraksi, spontan saya teriak-teriak tanpa mempedulikan lingkungan sekitar. Suami berkali-kali menyarankan "tarik nafas de, tarik nafas". Tapi serasa tak banyak mengurangi rasa sakit.

Jam 13.00 mulai induksi, jam 17.00 di cek pembukaan lagi, Alhamdulillah sudah pembukaan tiga. Rasa sakit yang semakin bertambah, tidur pun tak bisa, teriakan setiap satu menit menjadikan suasana semakin mencekam. Beberapa kali bilang sama suami, ibu, bapa, rasanya ingin menyerah. Tapi mereka selalu menyemangati. "Apa mau Caesar", kata ibu dan bapa.

"Nggak mau", spontan aku menjawab. "Ya sudah, jangan menyerah kalau gitu", mereka menyemangati. Badan sudah mulai lemas, suami akhirnya menyuapiku makan besar, Alhamdulillah masuk beberapa suap. Waktu rasanya berjalan sangat lambat. Pasca Isya, bidan menyuruhku untuk tiduran miring kiri supaya pembukaanku bertambah. Benar saja, rasanya semakin cepat dan tak karu-karuan. Teriakan semakin kencang dan sering, duh lupakan rasa malu dulu :).

Jam 20.00 muncul rasa pengen BAB, saya teriak memanggil bidan, dan bidan menyarankan jangan mengejan dulu karena pembukaan belum lengkap. Beuh semakin tersiksa. Bayangkan rasanya kita pengen BAB tapi suruh ditahan dulu. Saat itu saya dinasehatin kaka untuk meminta maaf dan mohon ridho ibu, bapa dan suami. Alhamdulillah Jam 20.30 terasa seperti ada cairan keluar banyak banget, saya bingung ini BAB apa ketuban. Setelah dicek, Alhamdulillah bukaan sudah lengkap.

Saya pun diminta pindah ke kursi persalinan. "Bu nanti pas pengen BAB, ngeden yang kuat yaa", kata bidan. Tarikan pertama belum berhasil, karena saya ngeden setengah-setengah, berhenti ditengah jalan, tidak tuntas. Tarikan kedua juga belum berhasil, saya ngeden sambil merem dan buka mulut. Tarikan ketiga, tepat hari senin pukul 20.45 Alhamdulillah berhasil, tangisan bayi pun terdengar nyaring memecah keheningan malam itu :). Rasa bahagia dan haru terlihat dari wajah suami yang menemaniku saat itu :). 

Plong rasanya, tapi ternyata masih ada satu proses lagi yang bikin meringis, yaitu proses jahit menjahit jalan lahir. Hiks, sakitnya tak kalah jauh dengan kontraksi. Secara harus diobras, tanpa bius dan memakan waktu lama sekitar 2 jam, subhanallah walhamdulillah akhirnya semua proses sudah terlalui. Semoga menjadi pelajaran bagi proses melahirkan selanjutnya.

Memperbanyak do'a, meminta maaf, do'a dan ridho dari ibu, bapa, suami. Berfikir positif dengan memilah dan memilih informasi yang masuk. Persiapan fisik, bisa dengan meluangkan waktu untuk berjalan kaki setiap harinya, senam, kegel. Dukungan suami dan keluarga. Memilih tenaga kesehatan yang menyenangkan serta tempat yang nyaman. Memperbanyak ilmu tentang kehamilan, melahirkan dan merawat bayi. Beberapa hal ini adalah ikhtiar yang bisa dilakukan sebelum melahirkan.

Pada akhirnya, walaupun proses melahirkan mengorbankan jiwa raga, tetap saja Kebahagiaan Memiliki Anak tak ternilai bahagia dan harganya. Alhamdulillah :)

Nah ini Mba Marita dan Mba Dini pengalaman pertama yang tak kan pernah teerlupakan bagiku. Makasih yaa buat temanya.

Wassalamu'alaikum..

2 comments for "Pelajaran Penting Dari Pengalaman Pertama Melahirkan"

  1. Duuuhh selalu ngilu sekujur tubuh kalo naca pengalaman melahirkan. Subhanallah perjuangan seorang ibu ya. Keren

    ReplyDelete
  2. Bisikin dong, dokter sapa yang bilang sc aja biar gak sakit, hiks. Btw, aku jg diinduksi yg rasanya aduhai ya hahaha.

    ReplyDelete