Mengambil Hikmah dan Kejernihan Hati dalam Proses Pengasuhan Berdasarkan Al-Qur'an
Mengambil Hikmah dan Kejernihan Hati dalam Proses Pengasuhan Berdasarkan Al-Qur'an
Resume materi pembinaan Yayasan Bina Insan Taqwa Semarang, oleh pemateri Ustadz Isnan Hidayat, M.Psi
________________________
Dalam Al-Qur'an terdapat kisah-kisah yang penuh hikmah, salah satunya dapat menjadi panduan dalam proses pengasuhan. Proses ini tidak hanya mencakup pendidikan formal, tetapi juga menata kebersihan hati dan pikiran di setiap lembaga pendidikan. Tujuannya agar setiap individu siap menerima hidayah Allah SWT.
Kebersihan Batiniah Diri
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (Q.S Al-Baqarah: 222)
Ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan batiniah. Dua kata kunci yang diangkat adalah:
Tawabina: Senantiasa bertaubat, menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan namun memiliki tekad untuk memperbaiki diri.
Muthathohirin: Senantiasa membersihkan diri, baik secara fisik maupun batin, dengan niat mendekat kepada Allah SWT.
Hikmah dari Pengalaman
Setiap pengalaman yang dialami seseorang harus dimaknai, dan setiap pemaknaan harus didasarkan pada pengalaman nyata. Hal ini penting untuk menata hati dan memprioritaskan apa yang benar-benar penting (Menata hati/ memprioritaskan di dalam hati). Dalam proses ini, penting bagi seseorang untuk:
Bertindak adil dengan tidak selalu berlandaskan pengalaman lama.
Berpikir matang sebelum melangkah, sebagai bentuk kedewasaan.
Kejernihan Hati sebagai Investasi
Bagi seorang guru, kejernihan hati adalah aset penting yang dapat menjadi game changer bagi murid-muridnya. Kejernihan hati ini memungkinkan terjalinnya hubungan yang tulus antara guru dan murid, yang diikat oleh ilmu dan hidayah dari Allah SWT. Dalam hubungan ini, guru dan murid saling mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga tercapai ridho-Nya.
Ridho Allah SWT adalah hadiah paling mulia yang dapat diraih. Guru harus menerima murid apa adanya dan menjadikannya peluang untuk sama-sama meraih cahaya Allah SWT. Hubungan ini bersifat terapeutik, di mana lingkungan pendidikan menjadi tempat saling mengingatkan, menyembuhkan, dan mendukung satu sama lain.
Hubungan Guru dan Murid sebagai Amanah Ilahi
Hubungan seorang murid yang didatangkan kepada seorang guru adalah takdir murni dari Allah SWT. Allah mengirimkan anak ini kepada kita bukan tanpa alasan, melainkan sebagai bagian dari rencana-Nya. Dalam mendidik, seorang guru harus totalitas, tidak hanya untuk memperbaiki murid, tetapi juga untuk memperbaiki dirinya sendiri. Dengan demikian, guru dan murid dapat sama-sama menjadi lebih baik.
Guru harus berusaha mendekat kepada siswa, dan siswa pun harus dibimbing untuk mendekat kepada gurunya. Namun, tujuan akhir dari kedekatan ini adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hubungan antara guru dan murid bukanlah hubungan darah, tetapi diikat oleh ilmu dan hidayah yang mampu mengubah seseorang menjadi lebih baik. Guru harus memiliki ridho terhadap muridnya, karena sering kali ridho seorang guru menjadi kunci keberhasilan murid, bahkan melebihi doa orang tuanya.
Membangun Lingkungan Terapeutik
Lingkungan pendidikan ideal adalah lingkungan yang saling mengingatkan, saling menyembuhkan, dan saling mendukung satu sama lain. Lingkungan ini bertujuan untuk membantu semua pihak mencapai kejernihan hati demi meraih ridho Allah SWT. Apapun keadaan murid, mereka harus diterima dengan lapang dada. Dalam perjalanan ini, baik guru maupun murid sama-sama berusaha meraih cahaya Allah SWT
Resiko Ketidakjernihan Hati
Jika ketidakjernihan hati dibiarkan dalam waktu lama, beberapa risiko yang mungkin terjadi adalah:
Individu akan lebih mendekat pada sesama yang juga tidak jernih.
Terbentuknya mindset yang membenarkan keadaan meskipun salah.
Untuk menghindarinya, diperlukan:
Kebersihan hati secara pribadi melalui istighfar dan introspeksi diri.
Lingkungan yang saling mengingatkan demi kejernihan hati bersama.
Jika sedang merasa ahli surga, bacalah/ dengarkanlah ayat2 neraka begitupun sebaliknya.
Ciri-Ciri Kejernihan Hati
Kejernihan hati dapat dikenali melalui konsep GROWS:
G (Goal): Merumuskan tujuan dengan jelas (diperlukan pembimbing/ pelatih (coach)
Seseorang yang memiliki pikiran jernih biasanya dapat merumuskan tujuan (Goal) dengan jelas, meskipun terkadang membutuhkan bantuan seorang coach untuk membantu mengarahkan fokusnya. Pikiran yang jernih berada di antara dua ekstrem: di satu sisi, ada orang yang memiliki tujuan namun bersifat terlalu ambisius atau utopis (ngoyoworo), sehingga sulit untuk diterapkan secara realistis. Di sisi lain, ada yang merasa hopeless atau kehilangan arah sama sekali. Orang dengan pikiran jernih mampu menyeimbangkan antara memiliki visi yang besar dan langkah-langkah praktis untuk mencapainya. Kejernihan ini menjadi dasar yang kuat untuk bertindak secara efektif dan terarah. Mereka mampu menyeimbangkan antara memiliki visi yang besar dan langkah-langkah praktis untuk mencapainya.
Selain itu, mereka mampu melihat realita (Reality) dengan cara yang positif, yakni menyadari dan memanfaatkan kondisi yang ada untuk mendukung pencapaian tujuan mereka.
Dalam hal ini, mereka mungkin juga membutuhkan seorang mentor untuk memberikan perspektif dan arahan.
Selanjutnya, mereka melihat adanya berbagai pilihan atau kesempatan (Option/Opportunity) untuk maju, dan kadang memerlukan bantuan seorang trainer untuk meningkatkan keterampilan atau wawasan.
Yang tak kalah penting, orang dengan pikiran jernih memiliki kemauan (Will) yang kuat — mereka berkomitmen untuk bergerak maju sekarang juga dan tidak suka menunda-nunda.
Akhirnya, mereka juga menyadari pentingnya dukungan sosial (Social Support), yaitu mendapatkan bantuan atau motivasi dari orang lain di sekitar mereka untuk mencapai tujuan bersama. Semua elemen ini saling mendukung dalam mewujudkan tujuan dengan cara yang terarah dan realistis.
Tazkiyatun Nafs
Dalam konteks tazkiyatun nafs, kejernihan hati dapat dicapai melalui:
Membersihkan hati dari noda: Memastikan untuk tidak membuat/ menambah masalah dengan yang mengurusi hidpu kita (Allah swt). Perbanyak istighfar sambil menyebutkan istighfar kita utk dosa yg mn
Menyembuhkan luka: Memaafkan diri sendiri dan menerima diri apa adanya.
Menunggu cahaya dari Allah SWT: Cahaya ini tidak dapat dijadwalkan, melainkan murni pemberian Allah SWT (Nuurun 'ala Nuur).
Interdependensi Sosial dalam Lembaga Pendidikan
Dalam sebuah lembaga, hubungan sosial harus bersifat interdependen, bukan independen (merasa tidak ada kaitannya sama sekali) maupun dependen semata (ketergantungan), Namun harus proaktif dan inisiatif dalam mengambil peran, sehingga yang harus ditanamkan dalam diri adalah Interdependensi, dimana kita itu penting, tapi bukan yang paling penting) sehingga menjadi titik bijaksana antara independen dg dependen.
Munculnya interdependen akan menciptakan keseimbangan antara inisiatif individu dan kerja sama tim. dimana ada dua pendekatan yang dapat digunakan adalah:
Top Down: Inovasi dari pimpinan (pengambil kebijakan).
Bottom Up: Inisiatif dari anggota lembaga (akar rumput)
PR untuk Pertumbuhan Pribadi
Sebagai penutup, setiap individu perlu membuat rencana pertumbuhan pribadi yang meliputi tujuan, realitas, peluang, kemauan, dan dukungan sosial. Dengan begitu, kejernihan hati dapat terus dijaga, dan ridho Allah SWT dapat diraih dalam setiap langkah kehidupan.
Post a Comment for "Mengambil Hikmah dan Kejernihan Hati dalam Proses Pengasuhan Berdasarkan Al-Qur'an"
Terima kasih telah sudi berkunjung. Jika berkenan mohon tingalkan komentar terkait tulisan atau tampilan blognya. Jika dirasa info ini bermanfaat dan ingin berlangganan silahkan follow blog saya ya. Tolong jangan meninggalkan link hidup. Semoga bermanfaat.