Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Anak Rantau yang Selalu Rindu akan Kampung Halaman


Assalamu'alaikum Wr.Wb

Menurut temans, apa sih yang paling dirindukan oleh seorang perantau? Yaps, pulang kampung tentunya. Sejak kuliah, "pulang kampung" selalu menjadi hari yang kunanti-nanti. Kalau pas ada libur agak panjang pasti saya sempatkan buat pulang. Apalagi kalau libur semester, beuh 1,5 bulan aku habiskan untuk berlibur di rumah hehe.

Setelah berkeluarga dan punya anak dua, intensitas pulang semakin berkurang, alias ngga sesering doeloe. Ya iyalah sudah punya suami yang harus diurusin masa pulang-pulang mulu, hehe. Sebenarnya bukan karena itu sih, suami mah ikhlas-ikhlas saja kalau saya pulang kampung lama juga. "Terserah ummi saja" , itu kalimat andalannya.

Saya kasian kalau saya pulang, suami pasti bakalan ikut mengantar pulang dan kadang menjemput juga. Padahal kerjaan suami juga banyak. Mau pulang tanpa suami, saya merasa kerepotan karena bawa anak dua sendirian. Apalagi kalau si kaka minta ke toilet, nanti siapa yang jagain si adek?! hiks. Selain itu juga kalau pulang sendiri, saya takut merepotkan bapak yang kadang ikut mengantar pulang kalau pas suami ada kerjaan yang ngga bisa ditinggal. Mana kalau nganter, pagi berangkat, sore bapak sudah pulang lagi, kan kasian :(.

Apalagi setelah si kaka sekolah bulan desember 2018 kemarin, saya semakin bingung buat nyari jadwal pulang. Yaa walau si kaka hanya masuk senin-kamis tapi jum'at-ahad selalu ada tugas sekolah yang harus dikerjakan, hihi. Kalau pulang-pulang terus, biasanya dia akan asyik dengan bermain, bakalan susah buat saya merayu dia belajar. Yaa sudah akhirnya kita putuskan puasa dulu buat pulang. Malah biasanya ibu bapak yang setiap satu/ dua bulan sekali main ke Semarang karena kangen cucunya, ngga apa-apa anaknya ngga dikangenin juga, hihi. Maaf yaa pak buk malah jadi sibuk mondar mandir :(. Jadi kalau ditanya, "mau pulkam kapan?".  Yaa ..yang pasti hari raya idul fitri, itu wajib hehe. Soalnya kalau liburan yang lainnya belum pasti, hiks. 
Mudik menjadi Moment yang Selalu Dinanti :)
Kalau hari raya idul adha, kadang pulang kadang ngga, hehe. Pas liburan idul adha 2018 kemarin, Alhamdulillah saya bisa pulang. Selain karena saya sudah kangen berat, saya juga pengen merayakan hari raya di rumah. Qodarullah ngepasi libur ngajar yang cukup lama dan ada sodara yang mau menikah yaitu tepatnya H+3 pasca lebaran haji. Jadi sekalian gitu, sekali nyelam dua tiga pulau terlampaui hehe.

Walau sebenarnya tradisi hari raya kurban di tempat kami, tidak jauh berbeda dengan tradisi di daerah lainnya. Tapi tetep,  moment kebersamaan bersama keluarga itu yang dicari. Saya seneng lihat ibu masak berbagai olahan daging mulai dari gule, sop daging, asem-asem daging, daging goreng,  sedikit-sedikit saya juga ikut bantu lah sambil momong si kecil, hihi. Ibu yang selalu bersemangat masak, apalagi di saat anak-anaknya pulang sungguh menjadi hal yang selalu kukangeni saat di rantau. Semoga beliau selalu diparingi sehat dan panjang umur..Aamiin.

Salah Satu Kuliner Favorit Saat Liburan Idul Adha, Sop Tulang Daging

Setelah matang, kita makan bareng-bareng, bener-bener indah bangeet yaa Allah. Saat kami akan pulang ke perantauan, ibupun membawakan kami daging goreng sekaligus daging mentah buat dimasak di rumah. Kebetulan waktu itu suami mau ngadain acara bareng adek ngajinya, bikin sate kambing. MasyaAllah memang ibu bapak, semoga Allah merahmati dan menyayangi mereka selalu, Aamiin. Saya berharap, semoga libur idul adha 2019 bisa pulang kampung kembali, menikmati kebersamaan bersama keluarga, Aamiin.

Sekilas tentang Idul Adha
Idul Adha, mengingatkan saya akan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Nabi Ibrahim merupakan bapaknya para nabi. Ketaatannya sama Allah sangatlah sempurna. Ketika Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail maka beliau Sami'na Wa Atho'na (kami mendengar, kami taat). Padahal anak tersebut merupakan anak yang ditunggu-tunggu kehadirannya selama berpuluh-puluh tahun. Namun karena ketaatan dan keyakinannya kepada Allah, beliau  langsung menjalankannya.

Begitupun dengan Nabi Ismail, saat Bapaknya meminta izin untuk menyembelihnya, lalu ia pun  langsung mengiyakannya dengan mantap dan tanpa fikir panjang. MasyaAllah, beginilah anak hasil didikan Nabi Ibrahim. Do'a Nabi Ibrahim yang sangat masyhur "Rabbana Hablana Min Azwajina Wadzurriyyaatina Qurrota'ayun Waj'alnaa Lil Muttaqinaa Imama..Wahai Tuhanku, karuniakanlah aku dari sisiMu zuriat keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau senantiasa mendengar (menerima) do'a permohonan". dan MasyaAllah keturunan Nabi Ibrahim memang benar-benar menjadi Lil Muttaqina Imama/ menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa. Banyak nabi-nabi yang berasal dari jalur keturunannya seperti diantaranya Nabi Islmail as, Nabi Muhammad SAW
Gb. Silsilah Keturunan Nabi-Nabi, Keturunan Nabi Ibrahim banyak yang menjadi Nabi

Selain do'a yang masyhur di atas, ada lagi do'a lain yang tak kalah hebat  yang dilantunkan Nabi Ibrahim yang lain "Rabbij'alni muqiimasholati wa min dzurriyyati, Rabbanaa Wa Taqabbal Du'aa..Yaa Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat, Yaa Tuhanku beri ampunlah aku.

Kembali kepada sejarah terjadinya Idul Adha/ Idul Kurban. Ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih anaknya, Allah seketika mengganti Nabi Ismail dengan binatang yang siap untuk disembelih, MasyaAllah..apa sih yang susah bagi Allah? tinggal bilang Kun Fayakun, jadilah maka jadi. Kejadian ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah, sampai sekarang dan sampai kapanpun seluruh Umat Muslim pada tanggal tersebut akan memperingatinya sebagai hari raya idul adha. Dimana sholat ied berjamaah dan berkurban menjadi perintah yang utama di dalamnya. Selain itu, Idul Adha juga disebut sebagai puncaknya ibadah haji yang dilaksanakan oleh Umat Muslim sehingga beberapa orang menyebutnya sebagai lebaran haji.

Nah apa hikmah yang bisa diambil dari sejarah Idul Adha ini? Yaa kita sebagai Umat Muslim diminta untuk Sami'na Wa A'thona, taat menerima segala perintah Allah dan menjalankannya dengan penuh keyakinan serta keikhlasan. InsyaAllah setiap perintahNya, ada kebaikan didalamnya. Seperti salah satunya, dengan adanya Idul Kurban ini kita diminta Allah untuk memiliki kepedulian sosial, dengan berbagi terhadap sesama.

Betapa banyak sodara-sodara kita yang mungkin makan daging saja jarang, justru dengan adanya Idul Kurban ini mereka bisa makan daging. Tentu temans pernah lihat tayangan di tv bukan, orang-orang berbondong-bondong mengantri daging Qurban, bahkan sampai rebutan dan memakan korban. Ini menjadi bukti bahwa rakyat indonesia masih banyak yang ingin makan daging. Berbeda dengan zaman Khalifah Umar Bin Khatab, dimana sang Khalifah kebingungan untuk mencari penerima daging kurban saat itu, karena penduduknya sudah kaya-kaya, MasyaAllah.

Kemarin, ketika saya pulang sayapun menemui fenomena ini. Ada sodara yang minta daging kurban ke rumah, karena katanya di daerahnya tidak ada yang berkurban, hiks. Semoga kedepan kita semua dimampukan untuk bisa berkurban yaa temans, Aamiin Yaa Rabb.

Nah itu yaa temans cerita saya tentang kerinduan saya akan kampung halaman dan Idul Kurban,. By the way, Idul Adha tahun 2019 ini jatuh pada  hari senin 12 Agustus 2019 lo. Lumayan long week end  gaes, bisa digunakan buat liburan di kampung halaman 3-4 harian lah yaa, hehe. Yuks dicatat dan jauh-jauh hari sudah pesan tiket yaa biar ngga kehabisan, hehe.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

3 comments for "Cerita Anak Rantau yang Selalu Rindu akan Kampung Halaman"

  1. Momen mudik memang selalu mengesankan, ya. Saya yang ga punya kampung halaman dan seringnya random mengunjungi kampung halaman tetangga aja rasanya sudah bikin kangen pengen berkunjung lagi

    ReplyDelete
  2. wah sop tulang dagingnya kayaknya enak bingits

    ReplyDelete
  3. Bicara kampung halaman dan kerinduan untuk bertemu dengan sanak family, termasuk bernostalgia dengan masa kanak – kanak memang selalu menjadi kerinduan oleh setiap perantau. Apalagi di hari raya. Namun satu hal yang menarik (untuk saya pribadi adalah pernyataan ini)
    “Saya kasian kalau saya pulang, suami pasti bakalan ikut mengantar pulang dan kadang menjemput juga. Padahal kerjaan suami juga banyak. Inilah yang disebut pengertian”.
    Lantas di bagian ini, …..

    “suami mah ikhlas-ikhlas saja kalau saya pulang kampung lama juga. "Terserah ummi saja" , itu kalimat andalannya…..”

    Jika dikolaborasikan maka lahirlah apa yang disebut “saling pengertian”.
    Setelah membaca bagian itu, ingatan saya langsung tertuju pada 2013 lalu, saat menikah.
    Mertua bilang, “orang berkeluarga itu bukan dimengerti tapi saling mengerti”, dan dari tulisan ini, saya menemukan pesan itu.
    Salut dengan pemikirannya.

    Semoga mereka yang muda bisa membaca dan mencermati ini, bukan saja soal pulang kampung, liburan, dan hal lainnya tetapi pesan tersembunyi di balik paragraf di atas.

    ReplyDelete