Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Benarkah, Anak Kecil Masanya Bermain??




Ada yang bilang,
"anak kecil itu masanya bermain, janganlah diberi beban yang berat, kasihan anaknya"

"Yang penting jadi anak sholih/ sholihah, nggak hafal quran juga nggak papa"

"Ngatur anak kecil itu susah, apa iya disekolah ia bisa duduk dengan tenang dan bisa diatur, apalagi anak balita?"

"Jangan mendidik terlalu keras, karena akalnya belum sempurna, sesuaikan pembelajaran dengan masanya"

apalagi ya?

Sering dengar tidak ucapan seperti itu bunda?

Atau dalam tontonan televisi
"Animasi Nusa Rara itu tidak sesuai dengan kultur indonesia, masa anak kecil perilakunya sudah seperti orang dewasa! Kan gak masuk akal"

Bunda, apa yang kita bentuk untuk anak kita itu adalah bagaimana bentukan lingkungan, tontonan dan perilaku dan sikap orang sekelilingnya. Begitu juga dengan penilaian kita tentang sesuatu, itu juga tergantung dari lingkungan kita atau apa yang kita interaksikan. Betul tidak?

Jadi kalau kita menilai "itu tidak bisa" atau "itu tidak biasa", bisa jadi karena tidak ada contoh nyata disekitar kita. Atau karena enggan untuk melakukan itu.

Kalau kita menilai itu tidak umum, karena pandangan keumuman kita beda dengan keumuman mereka..

Di pondok pesantren atau boarding school setingkat SD atau SMP, bangun malam untuk tahajud itu anak kecil sudah biasa.

Ngaji tiap hari entah dengan target atau tanpa target itu anak kecil sudah biasa.
Shalat fardhu tepat waktu berjamaah ditambah dengan shalat sunnat qobliyah dan bakdiyah, anak kecil itu sudah biasa.

Jadi kebiasaan atau bahkan sudah menjadi watak seseorang itu tergantung bagaimana lingkungan memperlakukannya. Karena ia kan tumbuh dan membiasakan dirimenyesuaikan dengan apa yang diterapkan lingkungannya.

Ada Kasus Anak Pondok atau boardingschool Stres atau membangkah itu bagaimana?

Perkara ada cerita anak membangkang, anak jadi stres dan omongan yang lain itu harusnya bisa dipecahkan oleh pendidik dan orang tuanya.

Karena, yang mempengaruhi kenyamanan mereka dalam membiasakan diri dengan kebiasaan yang ditargetnya adalah tergantung bagaimana orang tua mengajarkan suasana yang nyaman pada anak-anak dari kegiatan new normalnya.


Jadi teringat taujih Al-Hafiz Kyai Abdul Aziz Abdul Rauf Lc, saat ada seorang ibu ibu bertanya kepadanya dalam sebuah majlis quran : "Kyai, Apakah kalau kita mengajari anak Al-Quran sejak dini itu akan menjadi beban  buatnya?"

Lalu beliau
Kyai Abdul Aziz Abdul Rauf L,  Al-Hafiz menjawab "Al-Quran itu mukjizat, tidak mungkin akan membuat stress yang menghafal meskipun ia anak kecil. Jika ada kasus seperti  itu (menjadi anak stress setelah belajar Al-quran) bisa jadi ada yang salah dengan metode pendekatannya atau metode pengajarannya. Nah itu yang harus dievaluasi bagi orang yang membersamainya, bukan Al-Qurannya."


Masa Kecil Para Pejuang

Bagaimana sih kehidupan sang Penakluk Konstantinopel semasa hidupnya? Apa bermain lebih banyak dari belajarnya?

Bagaimana sih kehidupan masa kecil para Sahabat dan Shahabiyah yang dijamin masuk syurga ketika kecilnya? apakah ia lebih banyak bermain?

Bagaimana kehidupan rasul Muhammad semasa kecilnya, apakah ia kebanyakan bermain?

Apalagi, tantangan hidup kedepan semakin keras, Jika tidak dimulai dari masa kecil, akan terlambat atau bahkan susah untuk menyesuaikan dengan zaman. Dan Sebaik baik-benteng adalah alquran dan beriman kepada Allah.

'Bukankah pelaut yang ulung itu akan lahir dari ombak besar yang menggulung?"

Semua dikembalikan kepada orang tua yang didasari dengan selera dan misi masing-masing dalam mendidik anak-anaknya.

_____

Pernah lihat video balita china yang ikut kursus atau latihan pingpong sampai menangis disetiap sesi latihan?

Kalau orang tuanya saat itu tidak support penuh dan tidak selalu menguatkan serta membesarkan hatinya sebelum dan sesudah latihan, bisa jadi si anak hari ke tiga dan atau seterusnya tidak mau berangkat latihan lagi.

Disinilah salah satu peran orang tua, Karena kuncinya ada pada orang tua bagaimana ia menguatkan anaknya kenapa harus memilih jalan yang berat tersebut.

Tapi nyatanya si anak terus ikut latihan, dan latihannya membuahkan hasil yang memuaskan dikejuaraan pingpong yang ia ikuti.
Bukankah kita sudah familiar dengan ungkapan, "hasil tidak akan menghianati usaha?

Tapi hasil bisa jadi akan berbeda dan menjadi boomerang, manakala anak hanya disuruh mengikuti kemampuan orang tua seperti robot atau mesin pemuas bagi semua keinginan orang tua.  Tak ada yang membesarkan hatinya, tak ada yang menguatkan akan jalan yang harus ia pilih, dan tak ada yang menghibur sebelum dan setelah melakukan aktifitasnya.

Al-Quran dan Iman Menjadi Bekal Utama sebelum Bekal Lainnya

Begitupun dengan para orang tua yang memantapkan anaknya untuk masuk ke sekolah hafalan quran, karena mereka para orang tua hal itu dipandang perlu. Perlu Al-quran dan iman menjadi bekal putra-putrinya sebelum bekal lainnya.

Bukan semata-mata meminta anak untuk mempersembahkan mahkota padanya dikahirat kelak. Itu juga betul, tapi itu urusan nanti. Yang paling penting adalah kita sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan terbaik untuk bekal masa mendatang bagi putra-putri kita dengan jalan yang kita pilih, yaitu dengan menyekolahkannya anak-anak di sekolah hafalan alquran.

Foto : Ust Raos Aji (Taqiba)
Jadi stress tidaknya anak dengan aktifitas main atau sekolah yang ia jalani adalah PR bagi orang tua untuk menetralkan hal yang negatif yang ditangkap si-anak selama bermain atau selama proses belajar baik disekolah ataupun dirumah.

Anak Jadi Sering Mengigau, Wajarkah atau Tanda-tanda Stres?

Anak Jadi Sering Mengigau, Wajarkah atau Tanda-tanda Stres itu bagaimana orang tuanya saja menyikapinya. Bagi saya itu hal yang wajar-wajr saja!!
Jadi wajar saja jika anak mengigau tentang aktifitas sehari-harinya...

Jika anak sering latihan olahraga, wajar jika anaknya ketika tidur mengigau aktifitas olahraga yang sering ia lakukan.

Jika anaknya sering hafalan quran, sangat wajar jika yang keluar dari igauannya adalah seolah ia sedang membaca menghafal, atau mengulang bacaan alquran.

Jika anaknya mengigau sering nagis karena siangnya bertengkar dengan kakak, adik atau temnnya ya wajar juga.

Selama anak bangun tidur masih bisa ceria dan bisa beraktifitas, tak perlu khawatir dengan aktifitas yang dikerjakan sebelumnya.

Targetkan dan Arahkan Anak-Anak Kita

Masing-masing orang tua punya target sendiri untuk anak-anaknya dan kita tidak berhak apalagi memaksakan pemikiran orang tua yang lain harus sama dengan pemikiran kita. Yang hasilnya apapun itu kita sebagai orang tua yang akan menikmatinya juga.

Saya menulis seperti ini bukan berarti saya sudah menjadi orang tua yang baik dan sempurna, tapi ini adalah jalan bagi diri saya mengingatkan saya pribadi lewat tulisan tulisan saya. Karena saya sendiri masih belajar menjadi orang yang baik menjadi teman belajar yang baik bagi anak-anak saya.
Ini murni pendapat saya, jika ada yang tidak sependapat atau kurang setuju itu hak masing-masing. Karena masing-masing punya jalan pemikiran sendiri-sendiri

1 Dzulqodah 1441
Realita Relita


Mengajarkan Alquran (menghafal) kepada anak sedini mungkin itu bagaikan mengukir diatas batu yang keras, hafalanakan lama memebas alias tidak cepat hilang. Sedangkan menghafal Al-Quran pada orang dewasa itu bagaikan mengukir diatas air, gambang lupa atau cepat hilangnya, ada riak kecil datang sudah terhapus ukirannya.

Post a Comment for "Benarkah, Anak Kecil Masanya Bermain??"