Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Benang Merah antara Menulis VS Bicara di Depan Umum

Assalamu'alaikum Temans, bagaimana kabarnya?

Tema penulisan kali ini adalah tentang menulis vs bicara di depan umum. Dua hal yang terlihat berbeda tapi menurutku saling melengkapi satu sama lain. Bagiku, ketika berbicara belum mampu, setidaknya pikiran dan perasaan kita bisa tersalurkan lewat tulisan. Menulis dan Berbicara adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, layaknya satu tubuh. Ketika kemampuan menulis bagus, InsyaAllah kemampuan bicara juga bagus karena menulis itu sesungguhnya bicara dalam yang bentuk kata-kata. Sedangkan Bicara merupakan rangkaian kata-kata yang terucap dari mulut kita, iyaa kan?! Hanya untuk sampai bisa ketahap Berbica di Depan Umum, ini perlu jam terbang (pengalaman).

Menurut kalian nih, mudahan mana sih antara menulis dengan bicara di depan umum? tentu masing-masing punya pilihan yang berbeda tergantung passion dan jam terbangnya (pengalaman). 

Bagiku menulis dan berbicara di depan umum adalah dua hal yang ku suka dan menyenangkan semua. Itulah mengapa aku memilih profesi sebagai pengajar dan menyalurkan hobi menulis lewat blog ini. Walaupun berbicara di depan umum memiliki tantangan yang lebih, dibandingkan menulis. Iya tantangannya lebih wow, karena ada rasa nervous dan deg-degan saat ngomong di depan orang. Hormon adrenalin meningkat karena harus berhadapan dengan audience. Ada banyak kekhawatiran saat berbicara di depan orang, seperti khawatir akankah apa yang menjadi maksud kita sampai kepada khalayak atau tidak, akankah orang-orang mendengarkan kita, khawatir blepotan saat merangkai kata demi kata, dan kekhawatiran-kekhawatiran yang lain.

Walau sebagai blogger juga ada sih kekhawatirannya, seperti merasa tulisan saya ko gini-gini aja kualitasnya. Seringnya tulisan-tulisan yang tertuang berupa curhatan pengalaman pribadi, belum by research, kekayaan tulisan juga masih terbatas, kata-kata yang terangkai juga kadang wagu, belum sesuai EYD (karena kurang ilmu), ilmu kepenulisan juga masih secuil, dll. Yaa tapi walau begitu setidaknya tujuan writing for healing bisa tercapai hehe dan berharap ada kemanfaatan yang bisa disebar, Aamiin.

Ngomongin berbicara di depan umum, saya jadi teringat dulu waktu SD Kelas VI saya pernah ikut lomba baca puisi. Pada dasarnya saya senang sama baca puisi karena di sana bisa berimprovisasi, menghayati, berekspresi, saya merasakan jiwa saya ada di sini. Saat latihan depan teman-teman di kelas, saya bisa lepas berekspresi sampe bisa nangis-nangis karena menghayati hehe. Tapi ternyata saat hari H (perlombaan), mental saya ciut karena yang jadi juri dan menonton ada sodara, dan lebih banyak orang yang mengamati. Jangankan berekspresi, suara pun jadi tidak terdengar, mukapun ku tutupi sama kertas hehe. Tapi ga apa-apa sih, ini sebagai pengalaman berharga.

Terus pernah juga zaman sekolah saat upacara bendera jadi pembaca UUD, MC. Aku seneng banget kalau dapat tugas ini dibandingkan jadi pembawa bendera, dirigen, dll. Aku juga suka sama dunia tarik suara walau malu untuk show up depan umum. Pernah tuh pas ada penilaian nyanyi, mau ga mau harus maju buat unjuk gigi, Alhamdulillah berhasil dapat nilai bagus hehe. Pernah juga ikut paduan suara, walau tampilnya bareng-bareng setidaknya tersalurkan hobinya hehe. Sayang zaman sekolah dulu, kesukaanku di dunia ini kurang terfasilitasi, bukan karena sekolahnya sih lebih karena diri pribadi yang belum pede.

Zaman kuliah, sering kagum sama orang-orang yang kritis, suka ngomong dalam forum. Suka bertanya-tanua "ko mereka bisa ya berbicara selama itu, dengan pandangan yang luas dan out of the box, aku ko ga kepikiran buat berpikir dan ngomong seperti itu ya, hehe". Alhasil kalau dalam seminar-seminar gitu, aku seringnya menjadi pendengar setia, ada rasa insecure di sana; takut argumenku ga berbobot lah, takut nanti diketawain lah, dll. Pernah tuh pas seminar nasional selama 5 hari aku menahan diri buat ga berargumen, sampai akhirnya diakhir acara panitia memaksaku untuk berpendapat, aseli malu banget 😅 Akhirnya mau ga mau harus ngomong, dengan pembawaan menggebu-gebu namun kurasa isinya dangkal😢. Tapi ya sudahlah, toh aku juga ga bakal ketemu lagi sama mereka yang beda daerah 😃 Tapi herannya ada teman seangkatan sejurusan yang menulis kesan pesan pada sebuah kertas seperti ini "icha kalau menyampaikan sesuatu sangat bagus, piawai berkata-kata". Dalam hati "moso sih?". Oh mungkin dia nulis begini karena inget aku pas presentasi tugas kuliah, ada tanya jawabnya, padahal yo modal pede aja kalau ini mah😆. 

Selain kemampuan bicaraku tertempa dibangku organisasi dan perkuliahan, Alhamdulillah tertempa juga sebagai pengisi mentoring agama islam, ya walaupun pesertanya tidak lebih dari 10 orang. Tapi dari situ aku tertempa untuk menyampaikan materi setiap pekannya, dengan audience mahasiswa yang kritis dan dari background yang beragam. Sering aku dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum ku mengerti, walau tidak selalu ku jawab saat itu sih karena ini soal agama, aku ga mau gegabah. Alhamdulillah semua terlewati dengan cukup baik waktu itu.

Pernah juga zaman masih kuliah disuruh om jadi mc di acara desa. Walau dengan rasa dag dig dug akhirnya aku terima juga. Kata om "masa mahasiswa ngga berani sih!". Okelah aku coba. Akhirnya berjalan tuh acara. Tapi aku jadi mc ko kaya orang lagi orasi ya, menggebu-gebu dan meledak-ledak kaya jadi orator demo anti korupsi, ampun deh icha😆 Orang yang melihat pada melongo, entah apa yang mereka pikirkan saat itu hehe. Harap maklum ya akang teteh, mcnya masih amatiran, pengalam pertama jadi mc diacara desa ya gitu deh.

And now aku bersyukur banget, dari kekonyolan-kekonyolan di masa lalu, dari segudang rasa insecure di masa lalu, dari rasa malu yang ku tahan dan ku lalui di masa lalu, semua menjadi pengalaman-pengalaman berharga bagiku untuk masa sekarang dan kedepannya InsyaAllah. Yang penting jangan berhenti belajar dan mencoba..kalau jatuh ya bangkit lagi.

Sekarang saat menjadi emak-emak, ketika Allah SWT menakdirkanku untuk memimpin organisasi PKK yang mau ga mau harus ngomong di depan ibu-ibu, Alhamdulillah bisa kulalui dengan cukup baik. 
                                

Terus saat aku memutuskan untuk menjadi seorang pendidik, di mana keterampilan utama yang harus dimiliki adalah public speaking untuk mengajar, mau ga mau aku harus senantiasa meng-upgrade kemampuanku dalam hal ini supaya apa yang aku sampaikan bisa dipahami dengan baik oleh anak didik dan tentunya menyenangkan, tidak monoton, ini tantangan terberatnya.

Menurutku, kemampuan Public Speaking sangat diperlukan oleh siapapun kita, termasuk oleh para blogger. Bagaimana kepiawaian saat menulis juga sebanding dengan kepiawaian merangkai kata-kata di depan umum. Ketika pada akhirnya Allah SWT menakdirkan kita berbagi ilmu tentang kepenulisan, mau tidak mau kita juga harus bisa berbicara di depan umum dengan baik. Karena Public Speaking merupakan bagian seni dari proses penyampaian pidato di depan publik dan seni ilmu komunikasi lisan secara efektif dengan melibatkan pendengar (audience).


Dari sekelumit pengalaman yang ku alami, menurutku tips untuk sukses berbicara di depan umum adalah

1. Kita harus punya ilmu dan pengalaman di bidang yang akan kita sampaikan.
    Misal nih kita diminta untuk mengisi materi kepenulisan, yaa kita harus punya ilmu dan pengalaman di bidang ini. Jangan sampai kita hanya bermodalkan nekad dan pede saja, tapi dalemnya kosong.

2. Memiliki jiwa pembelajar, senantiasa mengupgrade ilmu dan pengalaman di bidang yang kita geluti.
Ilmu itu senantiasa berkembang, dan zamanpun selalu berganti, maka kemauan untuk selalu belajar dan mencoba hal baru harus senantiasa membara, kapanpun.

3. Merencanakan dan menyiapkan bahan yang ingin disampaikan
    Jangan sampe kita gagap di depan umum, gara-gara kita belum siap dengan bahan yang akan disampaikan, yang akhirnya bingung atau bahkan apa yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang diminta.

4. Memperhatikan siapa audience kita
    Hal ini akan mempengaruhi bahasa yang kita gunakan, ice breaking yang dipakai dan tingkat kedalaman materi yang akan disampaikan. Tentu berbeda antara berbicara dengan anak-anak, remaja ataupun dewasa. Berbeda materi yang disampaikan antara untuk pemula dan tingkat lanjutan.

5. Membuat catatan inti dan berlatih sebelum Show up
   Supaya apa yang kita sampaikan tepat sasaran dan tidak melebar kemana-mana, alangkah baiknya  kita membuat catatan-catatan kecil mengenai inti materi utama yang akan kita sampaikan. Lalu berlatih layaknya kita sedang berbicara di depan umum, tentu seiring dengan meningkatnya jam terbang kita, spontanitas dalam berbicara juga akan meningkat tanpa perlu latihan berjam-jam lagi hehe.

6. Berusaha PEDE saat hari H
    Kalau ke-5 syarat sebelumnya sudah dilakukan maka tips terakhir bismillah untuk pede saat tampil. Luruskan niat kita, semoga apa yang kita sampaikan membawa manfaat bagi semua.

Sebagai amatir, 6 tips di atas yang bisa ku bagi yaa man teman, semoga ada manfat yang bisa diambil.

Harapan dan impianku ke depan adalah aku bisa terus mengupgrade skillku dibidang public speaking dan tulis menulis ini, baik dari ilmu maupun pengalaman.

Ternyata panjang juga yaa curhatanku soal Menulis dan Bicara di Depan Umum, soalnya aku suka bidang ini hehe.

Terimakasih Gandjel Rel sudah memfasilitasi diri untuk melakukan refleksi perjalanan panjang about Berbicara Depan Umum VS Menulis. Happy Birth Day buat Gandjel Rel yang ke 8 Th semoga makin jaya di darat, laut dan udara ya Gandjel Rel.

Wassalamu'alaikuum..














Post a Comment for "Benang Merah antara Menulis VS Bicara di Depan Umum"