Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Hikmah: Seni Menikmati Hidup

www.realitarelita.com

Assalamualaikum Sobat realitarelita.com...

Suatu pagi aku bertemu seorang kakek yang sedang menjemur burung-burung peliharaannya di depan bangunan sekolah. Aku pun penasaran dengan aktifitas si Kakek. Setelah aku melihatnya lebih teliti, ternyata ada banyak burung yang beliau pelihara dan burungnya tidak sejenis. Mungkin sekitar 15 ekor ada kayaknya untuk keseluruhan. 

Awalnya aku menyangka burung yang sedang di jemur si kakek adalah burung yang diperjual belikan alias si kakek ini jualan burung hias dan burung kicau. Aku pun penasaran dan memberanikan diri untuk bertanya. Setelah kutanya, ternyata burung-burung yang ia jemur adalah burung peliharaannya semua. Beliau memelihara burung hanya sebatas hoby dan untuk menghibur dirinya, kata beliau "sudah tua mau ngapain lagi". Tapi tidak semua orang tua memiliki kesibukan khusus seperti kakek ini. 

Mungkin beberapa orang akan berfikir, "ngapain capek-capek ngurus burung, banyak lagi jumlahnya, nambah-nambahin kerjaan saja! Kasian si kakek sudah tua, mending waktunya dipakai untuk istirahat". 

Tapi kalau kita mau berfikir positif, bukankah hal tersebut merupakan cara dan pilihan si kakek tersebut untuk menikmati hidup? Kenapa uga orang lain yang harus ambil pusing? Selama aktifitas si kakek tidak mengganggu orang ain?!

Ini hanya persoalan berbeda cara pandang seseorang terhadap kebiasaan si kakek. Beda kacamata kita memandang, akan menjadi beda pula cara kita mengungkapkan isi atau perasaan. Yang menurut kita capek, sia-sia tapi menurut beliau justru hal tersebut adalah sesuatu yang sangat membahagiakan hatinya bukan?

Aktifitas apa yang lebih mengasyikkan dari pada mengerjakan sebuah hoby?! Ya, itulah apa yang sudang diperbuat si kakek, yaitu menikmati hobi, meski harus tiap hari nyemprotin tu burung yang jumlahnya banyak, ngasih makan yang kadang nilainya tidak sedikit, bersihin kandang dari kotoran, sering ganti wadah air minum, pagi dikeluarin untuk di jemur, malam dimasukin ke rumah agar tidak diambil orang dan aktifitas lain yang menyertainya.

Jadi teringat, Aku juga punya kakak yang suka banget sama ayam. Beliau sangat telaten mengurus ayam-ayamnya layaknya mengurus bayi atau anaknya sendiri. Ayam tersebut kalau ada si kakak bisa tiap hari dimandikan, tiap hari dikasih vitamin seperti minyak ikan, vitamin lainnya, Diurusin dan dikasih obat kalau sakit, dikelambui, pokoknya banyak aktifitas yang dilakukan si Kakak kepada si Ayam. Bahkan saat kakak bekerja di luar kota, tak lupa ia selalu menelepon dan berpesan tentang ayamnya. Tak jarang yang pertama ditanyakan yaa kabar ayamnya, bukan kabar isrinya. Sampai-sampai sang istri kadang cemburu sama si Ayam.. hihi lucu ya...., cemburu ko sama ayam katanya. Tapi ya gitu, memang pantas kok di cemburuin.

Wajar juga sih, kitapun kalau ada suami yang lebih memperhatikan barang kepunyaannya atau hewan peliharaannya akan merasa demikian, karena itu adalah fitrah perempuan. 

Ada lagi orang yang suka banget naik gunung. Sampai semua gunung pernah di daki, suka menikmati keindahan alam katanya. Kalau Aku pribadi jujur Aku kapok naik gunung hihi..  Capek, Kaki seolah mau copot, deregdeg baik di medan turunan atau tanjakan.

Paling hikmah yang bisa aku ambil dengan mendaki gunung Aku jadi lebih sering beristighfar karena kadang tanpa diduga menemui kondisi-kondisi darurat kaya licin, banyak pohon tumbang, banyak batu besar yang bisa saja tanpa sengaja bikin kita tergelincir. Apalagi kalau sudah nggak kuat naik, ndelor sambil istigfar terus-terusan. Oh iya sama yang enaknya ya kalau sudah sampai puncak dan duduk sejenak, kemudian berdiri melihat pemandangan sekitar. Maa Syaa Allah indah sekali rasanya pemandangan dari atas gunung. Bagaimana indahnya syurga kalau di dunia saja ada yang sindah ini.

Tapi begitulah memang.. Setiap orang mempunyai caranya tersendiri untuk menikmati hidup. Lalu bagaimana dengan kita? Yaa semoga saja kita sudah bisa menemukan cara untuk menikmati hidup kita, karena tak jarang ada juga orang yang merasa belum tahu bagaimana dia menikmati hidupnya. Apapun itu, semoga saja kita bisa menikmati hidup kita dengan sesuatu yang lebih bermakna, sesuatu yang bisa membawa kemanfaatan untuk banyak orang dan meniatkannya untuk ibadah :)

Segera temukan cara menikmati hidup jika belum tahu cara atau jalannya. Jangan sampai menyesal karena di dunia ini kita tidak menikmatinya, padahal fasilitasnya sudah Allah bentangkan untuk kita. Lebih baik lagi nikmati hidup yang membuat Allah ridho dengan kita, jangan memilih yang menjerumuskankita pada jurang kehancuran atau malah mendatangkan murka Allah

Selamat menikmati hidup, Di drfat di Semarang, tanggal 6 July 2019. Di publikasikan di Semarang tanggal 3 September 2019

Jika artikel yang berjuduk Cerita Hikmah: Seni Menikmati Hidup ini bermanfaat, silakan dibagikan atau disebar luaskan. terimakasih atas kunjungannya..

3 comments for "Cerita Hikmah: Seni Menikmati Hidup"

  1. Terkadang apa yang kita lihat ribet, belum tentu ribet buat orang lain. Emang betul, beda cara pandang, beda pemikiran.

    ReplyDelete
  2. Wah iya juga ya yang ada di dunia aja udah indah banget, apalagi keindahan surga nantinya ya.

    ReplyDelete
  3. Tulisan ini sangatlah menarik, terutama pesan yang disampaikan, saya suka isi pesan berikut:

    (1) Ini hanya persoalan berbeda cara pandang seseorang terhadap kebiasaan si kakek.

    (2) Beda kacamata kita memandang, akan menjadi beda pula cara kita mengungkapkan isi atau perasaan.

    Dua hal di atas, sangat menarik untuk direfleksikan kembali...

    ReplyDelete